Sejarahpondokpesantrennurulasna
SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN NURUL ASNA”
“Disusun guna memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Sejarah Peradaban Islam”
Dosen Pengampu :
Khoirul Anwar, M.Ag.
Disusun Oleh :
Hindun Fatmawati (33010190157)
HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2019
Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Nurul Asna
Pondok pesantren Nurul Asna berdiri pada tanggal 22 januari 1977 M dengan pendiri simbah KH. Asnawi dan putra beliau yaitu KH. Drs. Nasafi, M.Pd.I. yang memiliki kapasitas kurang lebih 800 m2. Lahan ini terletak di Desa Kecandran, Sidomukti, Salatiga sekitar 200 m dari jalan raya Salatiga-Bayu Biru. Pondok pesantren ini diberi nama Nurul Asna dan yang memberi nama adalah beliau KH. Asnawi, menurut Drs. H. Nasafi, M.Pd.I (beliau adalah putra dari KH. Asnawi) nama “Nurul-Asna” terdiri dari 2 kata yaitu “Nur” dan “Asna”. Nur artinya cahaya dan Asna berasal dari gabungan dua nama yaitu Asnawi dan Nasafi, As=Asnawi (nama pendiri pondok pesantren) Na=Nasafi atau bisa juga As=Asfiyah (garwa/istri dari pak Nasafi). Nurul Asna sendiri mempunyai arti sebuah cahaya yang berkilau yang memancarkan manfaat untuk semua lapisan masyarakat yang terkena pancaran sinar tersebut.
Pondok pesantren ini berdiri dari dana pribadi keluarga kyai tersebut karena tidak ada campur tangan masalah dana dari pemerintah, hal ini tidak menjadi masalah yang berarti dalam pembangunan pondok pesantren yang mempunyai tujuan mencetak santri yang militan. Pondok pesantren ini didirikan untuk menghidupkan dan melanggengkan agama islam. Karena mayoritas penduduk desa adalah beragama islam yang membutuhkan dakwah islam. Hingga saat ini santri pondok pesantren Nurul Asna berasal dari berbagai tempat, baik dari Kota Salatiga seperti: Boyolali, Magelang, Temanggung, Demak, dan dari luar Jawa yaitu Sumatera, dan pada tahun 2003 pondok pesantren Nurul Asna membangun pondok pesantren khusus putri yang berjarak kurang lebih 50 m dari pondok pesantren putra dan sekarang jumlah santri putra dan putri adalah 250 santri yang sebagian besar merupakan mahasiswa IAIN Salatiga.
Di pondok pesantren Nurul Asna ini juga terdapat beberapa keunikan yang mungkin tidak ada di pondok pesantren yang lainnya. Pak KH. Nasafi atau yang lebih akrab dipanggil dengan sebutan “bapak” juga memproduksi pupuk organik yang beliau buat sendiri dengan dibantu para santrinya. Pupuk yang beliau produksi bernama “RONA TANI Datuk Nasa F1”. RONA juga merupakan kependekan dari R=Raja/Ratu, O=Organik, NA=Nurul Asna. Pupuk tersebut berupa pupuk peternakan, pertanian, dan perkebunan. Selain itu, didepan pondok pesantren putri juga terdapat beberapa kolam ikan yang merupakan hobi dari beliau bapak KH. Nasafi.
Letak Geografis Pondok Pesantren Nurul Asna
Pondok Pesantren Nurul Asna terletak di Jalan KH. Asnawi, Kecandran, Sidomukti, Salatiga. Pondok tersebut terbagi dua yaitu pondok putra dan pondok putri yang keduanya berjarak kurang lebih 50 m. Letak geografis Pondok Pesantren Nurul Asna putra adalah sebagai berikut:
Batas bagian barat : Masjid penduduk sidomukti
Batas bagian utara : Perumahan penduduk
Batas bagian timur : Perkebunan penduduk
Batas bagian selatan : Perumahan penduduk
Sedangkan letak geografis Pondok Pesantren Nurul Asna putri adalah sebagai berikut:
Batas bagian barat : Persawahan penduduk
Batas bagian utara : Persawahan penduduk
Batas bagian timur : Jalan kecandran dan perumahan penduduk
Batas bagian selatan : Perumahan penduduk
Keadaan Ustadz dan Ustadzah
Pondok Pesantren Nurul Asna diampu oleh 9 ustadz dan ustadzah baik itu berasal dari pengasuh yang diberi amanat untuk mengajar dengan rincian sebagai berikut:
Drs. H. Nasafi, M.Ag : Pengasuh pondok pesantren
Hj. Asfiah : Pengasuh pondok pesantren
Ustadz Mad Rokhim, S.Pd.I : Pengurus pondok pesantren
Ustadz Mustofa, S.Pd.I : Pengurus pondok pesantren
Ustadz Nur Cholis : Pengurus pondok pesantren
Ustadz Taufiqur Rohman : Pengurus pondok pesantren
Ustadz Najmu Tsakib : Pengurus pondok pesantren
Ustadzah Aminah : Pengurus pondok pesantren
Ustadzah Faza Zahro : Pengurus pondok pesantren
Program Pengajaran Pondok Pesantren Nurul Asna
Program pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Nurul Asna adalah sebagai berikut:
Pendidikan Pondok
Seperti halnya pondok pesantren yang lain, Pondok Pesantren Nurul Asna melaksanakan kegiatan belajar mengajar dari berbagai ilmu, akan tetapi waktunya sangat terbatas sekali, kegiatan belajar mengajar dilaksanakan ba’da maghrib, ba’da isya’, dan ba’da subuh saja karena di siang hari kebanyakan dari santri melakukan kegiatan perkuliahan atau sekolah karena mereka juga belajar di dalamnya.
Kegiatan santri diantanya sebagai berikut:
Harian
Subuh : Shalat subuh
Ba’da subuh :
Pengajian tafsir jalalain
Pengajian bulughul marom
Pengajian jawahirul bukhori
06.00 WIB : Piket sesuai jadwal
Siang-Ashar : Kegiatan luar
Maghrib : Shalat maghrib
Ba’da jama’ah maghrib : Sorogan Al-Qur’an
20.00 WIB : Pengajian kitab-kitab bandongan
21.30 WIB : Istirahat
Mingguan
Malam jum’at ba’da maghrib :
Kegiatan tahlilan
Kegiatan membaca sholawat nabi (al-barjanji)
Kegiatan muhadoroh dialog dan musyawarah bersama
Jum’at pagi : Menguras MCK
Bulanan
Hari libur (kondisional) : Ro’an / kerja bakti bersama
Tahunan
Ramadhan : Pembelajaran kitab kuning pada bulan Ramadhan (kilatan)
Sya’ban : Pengajian haflah akhirussanah
Muharram mujahadah akbar
Ekstra Kurikuler
Kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan yang dilaksanakan di luar jam yang diadakan oleh pondok pesantren dalam rangka mengembangkan bakat, minat, dan potensi santri. Pondok pesantren memasukkan ketrampilan hidup dan pengembangan diri seperti olahraga, seni, dakwah, wirausaha, pertanian, peternakan, komputer, dan lain sebagainya.
Metode Pembelajaran Kitab Islamiyah
Ada banyak metode yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Nurul Asna, salah satunya adalah metode taqlidiyah yang terdiri dari:
Metode Sorogan
Adalah metode pembelajaran yang pembelajarannya berpusat pada pengembangan kemahiran individu dalam memahami kitab-kitab arab dibawah petunjuk guru.
Metode Bandongan
Adalah metode ustadz membaca kitab dan menjelaskannya didepan para santri, dan mereka membawa kitab seperti yang dibawa ustadz, dan mendengarkan bacaan ustadz tersebut serta menulis apa yang dibaca ustadz dari kitabnya.
Metode Musyawarah dalam Membahas Masalah-Masalah
Adalah metode diskusi antara santri dalam membahas masalah-masalah keagamaan dengan rujukan dari kitab-kitab arab yang mereka pelajari.
Komentar
Posting Komentar