NU Tidak Kemana-mana tetapi Ada di mana-mana dalam Bingkai NKRI
Nama : Annisa Alifatul Khasanah
Jurusan/ Kelas : HKI D
NIM : 33010190141
Ikatan Pelajar Nadhatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nadhatul Ulama (IPPNU) merupakan kader-kader termuda Nadhatul Ulama. Keduanya sebagai suatu wadah berkumpul dan belajar bagi kalangan pelajar dan pemuda-pemudi NU, baik untuk putra, yaitu IPNU dan putri, IPPNU. IPNU-IPPNU masing-masing didirikan pada tanggal 24 Februari 1954 dan 2 Maret 1995, keduanya saling berkaitan satu dengan yang lain untuk satu gerakan yang sama.
IPNU-IPPNU PAC (Pimpinan Anak Cabang) Bawen ini sendiri berdiri beriringan dengan adanya NU di Bawen yang merupakan salah satu Badan Otonom (Banom) NU. Organisasi ini lahir atas dasar pemikiran para sesepuh NU yang merasa bahwa ada banyak sekali potensi para pemuda dan pelajar dari kalangan NU di Bawen yang ingin berjuang. Oleh karena itu, barulah dibuatkan suatu wadah untuk menaungi itu.
Akan tetapi, jika berdasar perekutan generasi, IPNU-IPPNU ini ada sejak tahun 2008, yang diprakarsai oleh bapak Imam Syafii, S.Pd., selaku aktivis NU. “Yang diharapkan nantinya akan melahirkan sosok-sosok pemimpin yang teladan, berkualitas, dan yang benar-benar tidak hanya mampu membawa NU saja tetapi juga semua kalangan di NKRI dan dunia tentunya”, ungkap Ketua IPNU Bawen itu.
“Awal saya menghidupkan IPNU dan IPPNU PAC di lingkungan Bawen ini karena saya melihat ada banyak sekali potensi para pemuda dari kalangan NU di Bawen yang sangat luar biasa. Banyak kaum muda yang terpelajar tetapi tidak tahu, apasih itu IPNU dan IPPNU. Mereka hanya mengetahui tentang perkumpulan remaja (Karang Taruna) dan Remaja Masjid itu saja. Padahal jika kita menilik di NU, jika kita tidak menyiapkan sejak dini untuk generasi-generasi penerusnya, ya ini sangat disayangkan. Ketika NU tidak mempunyai generasi NU yang mumpuni, ya nanti NU akan tenggelam. Alhamdulillah, sekitar tahun 2008, awal saya menghidupkan IPNU dan IPPNU PAC Bawen ini, saya berhasil merekrut sekitar 70 orang dari perwakilan hampir seluruh desa-desa di Kecamatan Bawen. Nah, setelah itu berjalan selama 3 tahun dan telah berhasil mengadakan berbagai kegiatan sosial, keagamaan, bahkan perlombaan pada waktu itu. Kemudian, karena pada saat itu saya banyak sekali kegiatan di luar. Hal ini sangat memengaruhi kegiatan di IPNU dan IPPNU. Jadi, ketika saya tidak aktif dalam kegiatan karena kesibukan tadi dan saya tidak begitu menyadari bahwa ketika saya tinggalkan, ternyata ini belum bisa berjalan maksimal”, jelas Pak Imam secara lugas ketika ditanyai perihal sempat vakumnya organisasi IPNU dan IPPNU PAC Bawen ini.
“Alhamdulillah selama 3 tahun itu, masyarakat sudah mulai mengetahui apa itu IPNU dan IPPNU. Oh ternyata, IPNU-IPPNU merupakan Banom termuda dari NU. Dan sudah banyak sekali kegiatan yang telah dilakukan. Namun, kami menyadari bahwa anggota kami belum begitu menguasai dan belum berani melangkah melanjutkan pada waktu itu, yang pada akhirnya membuat IPNU-IPPNU PAC Bawen ini sempat vakum”, ungkap Pak Imam.
Kembalinya IPNU-IPPNU PAC Bawen ini tidak terlepas atas dasar peran pemuda-pemudi yang telah memiliki pemikiran dasar-dasar mengenai ke-NU-an. Mereka merasa dan sadar betul bahwa perlu sekali menghidupkan dan mengaktifkan kembali organisasi keagamaan pemuda dan pelajar Nadhatul Ulama ini untuk menjawab tantangan zaman.
Meskipun banyak sekali pihak-pihak yang ingin menjatuhkan NU, tetapi antusiasme masyarakat sangat luar biasa sekali. Hal ini dibuktikan dengan kegiatan-kegiatan diklat yang dilakukan selalu dihadiri oleh Nahdliyin (sebutan bagi warga NU) yang tidak terduga sebelumnya. Seperti pada beberapa waktu lalu di daerah Doplang, Kec. Bawen, semula yang diperkirakan hanya sekitar 70 peserta saja, Alhamdulillah yang menghadiri hampir 200 peserta. Ini sangat luar biasa sekali.
Tidak hanya di Indonesia saja bahkan di luar negeri, antusiasme masyarakat perihal NU ini sangat luar biasa sekali. Tercatat pada tahun 2016 terdapat 194 cabang negara yang telah resmi mempunyai kekuatan legalitas.
“NU tidak pernah kemana-mana, tetapi ada di mana-mana”, tegas Pak Imam.
Kalimat tersebut memiliki arti yang sangat mendalam sekali. Banyak orang Timur Tengah yang ingin mempelajari Nadhatul Ulama dikarenakan mereka berkaca kepada negara kita, Indonesia. Mengapa bisa, Indonesia yang memiliki banyak sekali keanekaragaman, baik suku, ras, agama, dan golongan, dapat hidup bertoleran. Hal inilah salah satu kunci terbesar ada pada Nadhatul Ulama ini. NKRI HARGA MATI!
Nadhatul Ulama tidak pernah mengagung-agungkan agamanya untuk dijadikan panutan bagi semua orang, akan tetapi bagaimana islam yang dianut oleh para Nahdliyin memiliki kultur yang bisa merangkul semua kalangan. Mempelajari agama untuk memperbaiki akhlaq, sehingga tidak mudah untuk mengkafirkan sesama muslim. Inilah yang menjadikan Indonesia adem ayem.
Ketika banyak yang ingin memecah-belah NKRI , pihak-pihak yang ingin menjatuhkan, akan mengatasnamakan agama sebagai unjuk kekuatan. Oleh karena itu, banyak sekali yang ingin menjatuhkan Nadhatul Ulama karena mereka beranggapan, bahwa ketika Nadhatul Ulama mampu dibinasakan, mereka akan sangat mudah untuk memecah-belah. Tetapi, selama Nadhatul Ulama masih berdiri kokoh, mereka tidak akan bisa berbuat apa-apa.
Oleh sebab itu, mengapa disini IPNU dan IPPNU PAC Bawen ini wajib berdiri kembali, mengiringi Gerakan Pemuda Ansor dan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) untuk selalu bersinergi.
Dengan bergabungnya dan aktifnya para kawula muda NU di IPNU dan IPPNU PAC Bawen ini, diharapkan nantinya akan melahirkan pemikiran-pemikiran yang luar biasa. Bukan sekadar hanya kumpul-kumpul biasa tetapi di sini merupakan wadah untuk berdiskusi, bertukar pikiran, pendapat, pengalaman, dan masih banyak lagi, yang nantinya akan dapat memecahkan masalah dengan solusi-solusi yang luar biasa.
Tentunya, dengan nantinya para anggota IPNU-IPPNU PAC Bawen ini berkumpul, saling menyatukan gagasan-gagasannya, akan tercipta kegiatan yang diharapkan akan membawa kemaslahatan bagi semua kalangan.
Kembalinya IPNU-IPPNU PAC Bawen ini juga tidak terlepas dari para peran ibu-ibu muslimat. Mereka yang memiliki anak-anak remaja usia pelajar diarahkan untuk ikut andil serta dalam IPNU-IPPNU PAC Bawen ini. Begitu banyak kalangan yang mendukung kembali berdirinya IPNU-IPPNU PAC Bawen ini.
Untuk menarik minat para kawula muda sekalian, IPNU-IPPNU PAC Bawen ini berusaha dengan semaksimal mungkin untuk mengelola dan mengkolaborasikan kegiatan keagamaan dan kegiatan modern agar sesuai dengan keadaan anak milenal sekarang ini. Program kerja yang akan digiatkan pada waktu dekat-dekat ini adalah LAZIS-NU (Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Nadhatul Ulama) lembaga yang mewadahi perihal zakat, infaq, dan shadaqah para Nahdliyin yang merupakan program kerja dari Nadhatul Ulama sendiri, dengan semua Banom terlibat semuanya, tanpa terkecuali IPNU dan IPPNU.
Tidak hanya kawula tua saja yang ikut andil, melainkan juga para pemuda sebagai mesin penggerak, agar nantinya para anggota IPNU-IPPNU PAC Bawen ini setelah lulus dari pendidikannya dapat melanjutkan perjuangan para kawula tua itu sendiri.
Ketika aku disembelih tidak akan keluar darah. Karena darahku telah kutumpahkan untuk negeriku-Indonesia. (Much Imam Syafii, S. Pd-Aktivis NU
Jurusan/ Kelas : HKI D
NIM : 33010190141
NU Tidak Kemana-mana tetapi Ada di mana-mana dalam Bingkai NKRI: IPNU & IPPNU PAC Bawen Hidup Kembali
Ikatan Pelajar Nadhatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nadhatul Ulama (IPPNU) merupakan kader-kader termuda Nadhatul Ulama. Keduanya sebagai suatu wadah berkumpul dan belajar bagi kalangan pelajar dan pemuda-pemudi NU, baik untuk putra, yaitu IPNU dan putri, IPPNU. IPNU-IPPNU masing-masing didirikan pada tanggal 24 Februari 1954 dan 2 Maret 1995, keduanya saling berkaitan satu dengan yang lain untuk satu gerakan yang sama.
IPNU-IPPNU PAC (Pimpinan Anak Cabang) Bawen ini sendiri berdiri beriringan dengan adanya NU di Bawen yang merupakan salah satu Badan Otonom (Banom) NU. Organisasi ini lahir atas dasar pemikiran para sesepuh NU yang merasa bahwa ada banyak sekali potensi para pemuda dan pelajar dari kalangan NU di Bawen yang ingin berjuang. Oleh karena itu, barulah dibuatkan suatu wadah untuk menaungi itu.
Akan tetapi, jika berdasar perekutan generasi, IPNU-IPPNU ini ada sejak tahun 2008, yang diprakarsai oleh bapak Imam Syafii, S.Pd., selaku aktivis NU. “Yang diharapkan nantinya akan melahirkan sosok-sosok pemimpin yang teladan, berkualitas, dan yang benar-benar tidak hanya mampu membawa NU saja tetapi juga semua kalangan di NKRI dan dunia tentunya”, ungkap Ketua IPNU Bawen itu.
“Awal saya menghidupkan IPNU dan IPPNU PAC di lingkungan Bawen ini karena saya melihat ada banyak sekali potensi para pemuda dari kalangan NU di Bawen yang sangat luar biasa. Banyak kaum muda yang terpelajar tetapi tidak tahu, apasih itu IPNU dan IPPNU. Mereka hanya mengetahui tentang perkumpulan remaja (Karang Taruna) dan Remaja Masjid itu saja. Padahal jika kita menilik di NU, jika kita tidak menyiapkan sejak dini untuk generasi-generasi penerusnya, ya ini sangat disayangkan. Ketika NU tidak mempunyai generasi NU yang mumpuni, ya nanti NU akan tenggelam. Alhamdulillah, sekitar tahun 2008, awal saya menghidupkan IPNU dan IPPNU PAC Bawen ini, saya berhasil merekrut sekitar 70 orang dari perwakilan hampir seluruh desa-desa di Kecamatan Bawen. Nah, setelah itu berjalan selama 3 tahun dan telah berhasil mengadakan berbagai kegiatan sosial, keagamaan, bahkan perlombaan pada waktu itu. Kemudian, karena pada saat itu saya banyak sekali kegiatan di luar. Hal ini sangat memengaruhi kegiatan di IPNU dan IPPNU. Jadi, ketika saya tidak aktif dalam kegiatan karena kesibukan tadi dan saya tidak begitu menyadari bahwa ketika saya tinggalkan, ternyata ini belum bisa berjalan maksimal”, jelas Pak Imam secara lugas ketika ditanyai perihal sempat vakumnya organisasi IPNU dan IPPNU PAC Bawen ini.
“Alhamdulillah selama 3 tahun itu, masyarakat sudah mulai mengetahui apa itu IPNU dan IPPNU. Oh ternyata, IPNU-IPPNU merupakan Banom termuda dari NU. Dan sudah banyak sekali kegiatan yang telah dilakukan. Namun, kami menyadari bahwa anggota kami belum begitu menguasai dan belum berani melangkah melanjutkan pada waktu itu, yang pada akhirnya membuat IPNU-IPPNU PAC Bawen ini sempat vakum”, ungkap Pak Imam.
Kembalinya IPNU-IPPNU PAC Bawen ini tidak terlepas atas dasar peran pemuda-pemudi yang telah memiliki pemikiran dasar-dasar mengenai ke-NU-an. Mereka merasa dan sadar betul bahwa perlu sekali menghidupkan dan mengaktifkan kembali organisasi keagamaan pemuda dan pelajar Nadhatul Ulama ini untuk menjawab tantangan zaman.
Meskipun banyak sekali pihak-pihak yang ingin menjatuhkan NU, tetapi antusiasme masyarakat sangat luar biasa sekali. Hal ini dibuktikan dengan kegiatan-kegiatan diklat yang dilakukan selalu dihadiri oleh Nahdliyin (sebutan bagi warga NU) yang tidak terduga sebelumnya. Seperti pada beberapa waktu lalu di daerah Doplang, Kec. Bawen, semula yang diperkirakan hanya sekitar 70 peserta saja, Alhamdulillah yang menghadiri hampir 200 peserta. Ini sangat luar biasa sekali.
Tidak hanya di Indonesia saja bahkan di luar negeri, antusiasme masyarakat perihal NU ini sangat luar biasa sekali. Tercatat pada tahun 2016 terdapat 194 cabang negara yang telah resmi mempunyai kekuatan legalitas.
“NU tidak pernah kemana-mana, tetapi ada di mana-mana”, tegas Pak Imam.
Kalimat tersebut memiliki arti yang sangat mendalam sekali. Banyak orang Timur Tengah yang ingin mempelajari Nadhatul Ulama dikarenakan mereka berkaca kepada negara kita, Indonesia. Mengapa bisa, Indonesia yang memiliki banyak sekali keanekaragaman, baik suku, ras, agama, dan golongan, dapat hidup bertoleran. Hal inilah salah satu kunci terbesar ada pada Nadhatul Ulama ini. NKRI HARGA MATI!
Nadhatul Ulama tidak pernah mengagung-agungkan agamanya untuk dijadikan panutan bagi semua orang, akan tetapi bagaimana islam yang dianut oleh para Nahdliyin memiliki kultur yang bisa merangkul semua kalangan. Mempelajari agama untuk memperbaiki akhlaq, sehingga tidak mudah untuk mengkafirkan sesama muslim. Inilah yang menjadikan Indonesia adem ayem.
Ketika banyak yang ingin memecah-belah NKRI , pihak-pihak yang ingin menjatuhkan, akan mengatasnamakan agama sebagai unjuk kekuatan. Oleh karena itu, banyak sekali yang ingin menjatuhkan Nadhatul Ulama karena mereka beranggapan, bahwa ketika Nadhatul Ulama mampu dibinasakan, mereka akan sangat mudah untuk memecah-belah. Tetapi, selama Nadhatul Ulama masih berdiri kokoh, mereka tidak akan bisa berbuat apa-apa.
Oleh sebab itu, mengapa disini IPNU dan IPPNU PAC Bawen ini wajib berdiri kembali, mengiringi Gerakan Pemuda Ansor dan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) untuk selalu bersinergi.
Dengan bergabungnya dan aktifnya para kawula muda NU di IPNU dan IPPNU PAC Bawen ini, diharapkan nantinya akan melahirkan pemikiran-pemikiran yang luar biasa. Bukan sekadar hanya kumpul-kumpul biasa tetapi di sini merupakan wadah untuk berdiskusi, bertukar pikiran, pendapat, pengalaman, dan masih banyak lagi, yang nantinya akan dapat memecahkan masalah dengan solusi-solusi yang luar biasa.
Tentunya, dengan nantinya para anggota IPNU-IPPNU PAC Bawen ini berkumpul, saling menyatukan gagasan-gagasannya, akan tercipta kegiatan yang diharapkan akan membawa kemaslahatan bagi semua kalangan.
Kembalinya IPNU-IPPNU PAC Bawen ini juga tidak terlepas dari para peran ibu-ibu muslimat. Mereka yang memiliki anak-anak remaja usia pelajar diarahkan untuk ikut andil serta dalam IPNU-IPPNU PAC Bawen ini. Begitu banyak kalangan yang mendukung kembali berdirinya IPNU-IPPNU PAC Bawen ini.
Untuk menarik minat para kawula muda sekalian, IPNU-IPPNU PAC Bawen ini berusaha dengan semaksimal mungkin untuk mengelola dan mengkolaborasikan kegiatan keagamaan dan kegiatan modern agar sesuai dengan keadaan anak milenal sekarang ini. Program kerja yang akan digiatkan pada waktu dekat-dekat ini adalah LAZIS-NU (Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Nadhatul Ulama) lembaga yang mewadahi perihal zakat, infaq, dan shadaqah para Nahdliyin yang merupakan program kerja dari Nadhatul Ulama sendiri, dengan semua Banom terlibat semuanya, tanpa terkecuali IPNU dan IPPNU.
Tidak hanya kawula tua saja yang ikut andil, melainkan juga para pemuda sebagai mesin penggerak, agar nantinya para anggota IPNU-IPPNU PAC Bawen ini setelah lulus dari pendidikannya dapat melanjutkan perjuangan para kawula tua itu sendiri.
Ketika aku disembelih tidak akan keluar darah. Karena darahku telah kutumpahkan untuk negeriku-Indonesia. (Much Imam Syafii, S. Pd-Aktivis NU
Komentar
Posting Komentar